Rabu, 03 Desember 2014

Maros Edition: Prehistoric Park Leang-Leang (Taman Prasejarah Leang-Leang)

Prehistoric Park Leang-Leang


Sabtu, 22 November 2014.
Kunjungan saya ke Taman Prasejarah Leang-Leang ini sama sekali tidak direncanakan. Awalnya saya berniat mengunjungi Taman Nasional Bantimurung, tempat wisata yang cukup terkenal bagi penduduk Maros, Makassar dan sekitarnya. Namun beberapa kilometer sebelum mencapai Taman Nasional bantimurung, saya melihat sebuah gapura di sisi kiri jalan bertuliskan “Selamat Datang Taman Prasejarah Leang Leang, Kab. Maros”. Tidak ingin melewatkan kesempatan, saya pun membelokkan kendaraan memasuki wilayah Taman Prasejarah ini.

Dari gapura masih harus menempuh beberapa kilometer menuju kawasan Taman Prasejarah. Namun aura keindahan tempat tersebut sudah terasa sejak melewati gapura di pinggir jalan utama tadi. Hamparan padang rumput dan sawah diantara batu-batu tajam, hewan ternak yang merumput di padang yang luas, lengkungan gunung batu yang mengelilingi area sejauh mata memandang, menjadi vitamin yang menyejukkan bagi mata saya. J



Mudah saja untuk mencapai tempat ini. Kondisi jalan menuju lokasi tergolong bagus, mulus dan lebar. Jarak tempuh kira-kira kurang dari 40km dari Kota Makassar, dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Tentu saja jangan disamakan dengan kondisi kemacetan Jakarta yang tidak pernah dapat diprediksi: macet atau macet sekali... :D

Memasuki kawasan wisata Taman Prasejarah Leang-Leang, pikiran saya seperti diajak berfantasi ke negeri dongeng atau negeri Narnia.... Kawasan yang sunyi, tenang, jalan setapak yang rapi, jajaran batu-batu karts tajam di kanan-kiri dipayungi rindangnya pohon-pohon... Seolah-olah makhluk asing bisa saja muncul dari balik batu dan mengganggu ketenangan... Ups! Oke, cukup lebay nya.... Back to the real world... :D

Menurut cerita pemandu wisata, kawasan Leang-Leang ini dulunya adalah lautan, yang setelah terjadi tabrakan lempeng bumi menyebabkan dasar laut naik menjadi daratan. Wilayah ini dulunya adalah daerah pemukiman manusia prasejarah yang merupakan nenek moyang orang Maros.

Batu-batu karts tajam yang ada di daerah ini ternyata adalah batu marmer. Kawasan sekitar taman telah lama dieksplotasi industri untuk pengolahan batu marmer. Semoga saja kawasan ini dapat terus dipertahankan.

Seperti di negeri dongeng...

Oya, leang itu sendiri dalam bahasa lokal berarti goa. Di Taman Prasejarah leang-Leang ini terdapat dua buah goa: Goa Petta Kere dan Goa Pettae.
Goa Petta Kere berada di atas bukit. Kita harus naik untuk mencapai goa tersebut. Untungnya sudah dibangun tangga besi untuk mencapai goa, jadi tidak perlu manjat ala pemanjat tebing... :D

Batu marmer
Di teras goa inilah terdapat lukisan cap telapak tangan dan babi rusa, yang dipercaya sebagai bukti peninggalan manusia prasejarah di wilayah ini. Konon gambar tersebut berusia lebih dari 5.000 tahun. Setelah memandangi lukisan tersebut, saya mencoba untuk masuk ke dalam goa. Mulut goa termasuk kecil, harus merunduk setengah jongkok untuk dapat masuk ke dalam goa. Di dalam goa, rongga melebar sehingga tidak perlu merunduk lagi. Namun saya tidak melihat sesuatu yang menarik di dalam goa, mungkin karena kondisi goa yang gelap sehingga tidak dapat mengamati goa dengan baik. Goa ini tergolong sempit dibanding goa-goa yang pernah saya kunjungi sebelumnya.

Goa di atas bukit, dan lukisan di dinding goa

Goa yang lain adalah Goa Pettae, kira-kira berjarak 300 meter dari Goa Petta Kere. Di bagian luar goa ini terdapat tumpukan cangkang kerang laut berserakan di dasar goa, yang menjadi bukti bahwa wilayah ini dulunya adalah lautan atau wilayah pantai. Di dalam goa juga terdapat lukisan telapak tangan dan babi rusa. Dari gambar tangan yang tampak, kemungkinan besar lukisan itu dibuat dengan cara menempelkan telapak tangan ke dinding goa, kemudian disemprotkan zat pewarna yang terbuat dari getah pohon atau tanaman lain yang berada di sekitar goa.

Menurut cerita tradisi purba, gambar tangan dengan jari lengkap melambangkan penolak bala, sedangkan gambar empat jari melukiskan ungkapan duka-cita.

Oya, sekedar mengingatkan..., kedua goa tersebut dikunci, untuk menghindari tangan-tangan jahil yang merusak atau mencorat-coret dinding goa. Jadi pastikan untuk meminta jasa pemandu menemani dan membukakan kunci pintu goa.
Deskripsi Leang Petta Kere dan bagian dalam goa

Di daerah ini juga banyak terdapat sejenis hewan kaki seribu yang besar-besar, dengan panjang sekitar 10-15 cm. Berhubung saya termasuk sedikit paranoid dengan hewan melata, maka makhluk ini menjadi perhatian tersendiri bagi saya selama menjelajah lokasi, takut jikalau terinjak atau justru mereka yang melewati kaki saya...hahahaha... :p

Tak terasa waktu cepat berlalu, saya masih harus melanjutkan jelajah saya ke Taman Nasional Bantimurung. Tapi sungguh, sama sekali tidak menyesal mampir ke tempat yang indah ini. Sayangnya belum banyak orang yang tau daerah wisata ini, sehingga relatif sepi pengunjung. Tiket masuk kawasan ini juga tidak terlalu mahal, cukup 10.000 rupiah saja per orang. Saat saya datang, hanya ada 3 pengunjung lainnya di wilayah ini: sepasang muda-mudi, sepasang suami-istri paruh baya, dan beberapa siswa yang duduk-duduk bercanda di atas batu.


Semoga membaca perjalanan saya ini, dapat menggerakkan kaki-kaki pembaca semua mengunjungi Taman Prasejarah Leang-Leang. 

Preserve the Historical Legacy of Indonesia! :) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar