![]() |
Prehistoric Park Leang-Leang |
Sabtu, 22 November 2014.
Kunjungan saya
ke Taman Prasejarah Leang-Leang ini sama sekali tidak direncanakan. Awalnya
saya berniat mengunjungi Taman Nasional Bantimurung, tempat wisata yang cukup
terkenal bagi penduduk Maros, Makassar dan sekitarnya. Namun beberapa kilometer
sebelum mencapai Taman Nasional bantimurung, saya melihat sebuah gapura di sisi
kiri jalan bertuliskan “Selamat Datang Taman Prasejarah Leang Leang, Kab. Maros”.
Tidak ingin melewatkan kesempatan, saya pun membelokkan kendaraan memasuki
wilayah Taman Prasejarah ini.
Dari gapura masih
harus menempuh beberapa kilometer menuju kawasan Taman Prasejarah. Namun aura keindahan
tempat tersebut sudah terasa sejak melewati gapura di pinggir jalan utama tadi.
Hamparan padang rumput dan sawah diantara batu-batu tajam, hewan ternak yang
merumput di padang yang luas, lengkungan gunung batu yang mengelilingi area
sejauh mata memandang, menjadi vitamin yang menyejukkan bagi mata saya. J
Mudah saja untuk
mencapai tempat ini. Kondisi jalan menuju lokasi tergolong bagus, mulus dan
lebar. Jarak tempuh kira-kira kurang dari 40km dari Kota Makassar, dengan waktu
tempuh kurang dari satu jam. Tentu saja jangan disamakan dengan kondisi
kemacetan Jakarta yang tidak pernah dapat diprediksi: macet atau macet
sekali... :D
Memasuki kawasan
wisata Taman Prasejarah Leang-Leang, pikiran saya seperti diajak berfantasi ke
negeri dongeng atau negeri Narnia.... Kawasan yang sunyi, tenang, jalan setapak
yang rapi, jajaran batu-batu karts tajam di kanan-kiri dipayungi rindangnya
pohon-pohon... Seolah-olah makhluk asing bisa saja muncul dari balik batu dan
mengganggu ketenangan... Ups! Oke, cukup lebay nya.... Back to the real
world... :D
Menurut cerita
pemandu wisata, kawasan Leang-Leang ini dulunya adalah lautan, yang setelah
terjadi tabrakan lempeng bumi menyebabkan dasar laut naik menjadi daratan. Wilayah
ini dulunya adalah daerah pemukiman manusia prasejarah yang merupakan nenek
moyang orang Maros.
Batu-batu karts
tajam yang ada di daerah ini ternyata adalah batu marmer. Kawasan sekitar taman
telah lama dieksplotasi industri untuk pengolahan batu marmer. Semoga saja
kawasan ini dapat terus dipertahankan.
![]() |
Seperti di negeri dongeng... |
Oya, leang itu
sendiri dalam bahasa lokal berarti goa. Di Taman Prasejarah leang-Leang ini
terdapat dua buah goa: Goa Petta Kere dan Goa Pettae.
Goa Petta Kere
berada di atas bukit. Kita harus naik untuk mencapai goa tersebut. Untungnya
sudah dibangun tangga besi untuk mencapai goa, jadi tidak perlu manjat ala
pemanjat tebing... :D
![]() |
Batu marmer |
![]() |
Di teras goa
inilah terdapat lukisan cap telapak tangan dan babi rusa, yang dipercaya
sebagai bukti peninggalan manusia prasejarah di wilayah ini. Konon gambar
tersebut berusia lebih dari 5.000 tahun. Setelah memandangi lukisan tersebut,
saya mencoba untuk masuk ke dalam goa. Mulut goa termasuk kecil, harus merunduk
setengah jongkok untuk dapat masuk ke dalam goa. Di dalam goa, rongga melebar
sehingga tidak perlu merunduk lagi. Namun saya tidak melihat sesuatu yang
menarik di dalam goa, mungkin karena kondisi goa yang gelap sehingga tidak
dapat mengamati goa dengan baik. Goa ini tergolong sempit dibanding goa-goa yang pernah
saya kunjungi sebelumnya.
![]() |
Goa di atas bukit, dan lukisan di dinding goa |
Goa yang lain
adalah Goa Pettae, kira-kira berjarak 300 meter dari Goa Petta Kere. Di bagian
luar goa ini terdapat tumpukan cangkang kerang laut berserakan di dasar goa,
yang menjadi bukti bahwa wilayah ini dulunya adalah lautan atau wilayah pantai.
Di dalam goa juga terdapat lukisan telapak tangan dan babi rusa. Dari gambar
tangan yang tampak, kemungkinan besar lukisan itu dibuat dengan cara
menempelkan telapak tangan ke dinding goa, kemudian disemprotkan zat pewarna
yang terbuat dari getah pohon atau tanaman lain yang berada di sekitar goa.
Menurut cerita
tradisi purba, gambar tangan dengan jari lengkap melambangkan penolak bala,
sedangkan gambar empat jari melukiskan ungkapan duka-cita.
Oya, sekedar
mengingatkan..., kedua goa tersebut dikunci, untuk menghindari tangan-tangan
jahil yang merusak atau mencorat-coret dinding goa. Jadi pastikan untuk meminta
jasa pemandu menemani dan membukakan kunci pintu goa.
![]() |
Deskripsi Leang Petta Kere dan bagian dalam goa |
Di daerah ini
juga banyak terdapat sejenis hewan kaki seribu yang besar-besar, dengan panjang
sekitar 10-15 cm. Berhubung saya termasuk sedikit paranoid dengan hewan melata,
maka makhluk ini menjadi perhatian tersendiri bagi saya selama menjelajah
lokasi, takut jikalau terinjak atau justru mereka yang melewati kaki
saya...hahahaha... :p
Tak terasa waktu
cepat berlalu, saya masih harus melanjutkan jelajah saya ke Taman Nasional
Bantimurung. Tapi sungguh, sama sekali tidak menyesal mampir ke tempat yang
indah ini. Sayangnya belum banyak orang yang tau daerah wisata ini, sehingga relatif
sepi pengunjung. Tiket masuk kawasan ini juga tidak terlalu mahal, cukup 10.000
rupiah saja per orang. Saat saya datang, hanya ada 3 pengunjung lainnya di
wilayah ini: sepasang muda-mudi, sepasang suami-istri paruh baya, dan beberapa
siswa yang duduk-duduk bercanda di atas batu.
Semoga membaca
perjalanan saya ini, dapat menggerakkan kaki-kaki pembaca semua mengunjungi
Taman Prasejarah Leang-Leang.
Preserve the Historical
Legacy of Indonesia! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar