Senin, 22 Desember 2014

Sumatera Barat (1): Padang

Sambil menyelam minum air, sambil bertugas disempatkanlah wisata...
Begitu kira-kira peribahasa paksaan yang berlaku saat ini... Karena memang kunjungan saya ke Sumatera Barat kali ini sama sekali bukan untuk niat berlibur, tapi murni karena tugas kantor. Berhubung ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah Minang, rasa ingin tau untuk menjelajah tempat baru rasanya tak terbendung..., maka disempatkanlah berpetualang di sela waktu meeting yang padat... Alhasil kunjungannya pun kurang maksimal, karena terbentur waktu. But anyway I still could have fun and share something to you all... ;D

Mendengar kata Padang, yang terlintas adalah sedapnya nasi kapau, pedasnya kripik sanjay, kisah cinta Siti Nurbaya yang melegenda, dongeng Malin Kundang, dan banyak lainnya yang melintas di kepala...; berharap semua bisa dicicip, didapat, dikunjungi, tapi tetep nahan ngarepnya jangan banyak-banyak, karena kunjungan kali ini adalah untuk KERJA! #tepokjidat :p

Hari Satu:

Hangatnya sinar mentari pagi menyambutku saat mendarat di Minangkabau International Airport. Tujuan pertama adalah Basko Hotel, salah satu hotel bintang 4 yang terletak di pusat Kota Padang. Lokasinya menempel dengan Mall Basko, satu-satunya mall di Kota Padang. Selesai check in dan mempersiapkan materi untuk meeting, saya langsung lompat ke Mall Basko, bukan untuk belanja atau jalan-jalan, tapi untuk survey lokasi event dan rapat koordinasi dengan humas mall.
Selesai urusan dengan pihak venue, lanjut meluncur ke kantor client untuk meeting berikutnya. Namun ternyata sesampainya di sana tidak ada pihak yang dapat ditemui. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi dan kembali lagi nanti. Tidak ingin membuang kesempatan, sambil menunggu waktu meeting dengan client, sayapun memutuskan untuk mengunjungi Pantai Air Manis, tempat dikutuknya Malin Kundang menjadi batu.

Pantai Air Manis – Batu Malin Kundang

Pantai Air Manis

Pantai Air Manis terletak di Kecamatan  Padang Selatan, Kota Padang. Jalan menuju lokasi cukup baik, dan dapat dilalui kendaraan roda 4, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Padang. Untuk mencapai Pantai Air Manis bisa naik angkutan umum dengan trayek Padang – Bungus dari Plaza Sentral Pasar Raya.
Pantai Air Manis memiliki bibir pantai yang luas dan landai, dengan pasir kecoklatan. Gulungan ombak yang tak terlalu tinggi, dan semilir angin yang lembut membuat pantai ini enak sebagai tempat belajar surfing atau piknik bersama keluarga.
Di pantai inilah terdapat puing-puing kapal Malin Kundang yang berubah menjadi batu, dengan sosok batu Malin yang tampak sedang sujud di atas kapalnya. Menurut masyarakat setempat, situs ini pernah rusak karena banjir besar, sehingga kemudian dilakukan renovasi. Mungkin itulah sebabnya batu ini tidak tampak natural. 
Di Pantai Air Manis ini juga tersedia penginapan yang dikelola oleh masyarakat setempat, sehingga harga sewa tidak terlalu mahal. Jangan khawatir juga jika kelaparan, karena sepanjang pantai terdapat warung makan untuk bersantap atau sekedar menikmati segelas kopi sambil menikmati keindahan pantai dan lembutnya semilir angin....Sedapnyaaa.... :D

Pantai Air Manis

Batu Malin Kundang

Kapal Malin Kundang

Pulau Pisang
Tak jauh dari tepi pantai Air manis, terdapat pulau kecil, bernama pulau pisang. Pulau ini tak berpenghuni. Kira-kira berjarak sekitar 150 – 200 meter dari pinggir pantai Air Manis. Jika air tidak pasang, kita bisa berjalan kaki menyebrang menuju Pulau Pisang ini. Dan  itulah yang saya lakukan; menggulung celana, menyebrang menuju Pulau Pisang. Air saat itu sebatas betis, semakin ketengah semakin tinggi hingga mencapai lutut. Cukup membuat panik, mengingat setelah ini saya masih harus bertemu client, dan tidak ingin terlihat basah kuyup. :p
Saya tidak menemukan sesuatu yang spesial atau berbeda di pulau ini, selain pohon kelapa, dan sebuah pondok kecil. Tapi saya bisa menikmati keindahan laut dari sisi yang berbeda dari Pantai Air Manis tadi, dan jauh lebih indah selain juga lebih tenang karena tidak berpenghuni. Sampai saya nyaris lupa waktu, terlalu menikmati duduk di pinggir karang memandang indahnya laut.

Pemandangan dari Pulau Pisang

Pantai di Pulau Pisang

Pulau Pisang

***
Dari pantai saya kembali menuju kantor client untuk meeting. Senja sudah mulai turun saat saya kembali ke Basko untuk beristirahat. Namun baru saja turun dari mobil, saya bertemu dengan teman humas Basko yang menawarkan diri untuk mengajak saya berkeliling Kota Padang. Pucuk dicinta  ulam tiba, tidak mungkin saya tolak jasa seorang ‘guide’ lokal. Perjalananpun berlanjut.... :D

Jembatan Siti Nurbaya
Salah satu karya sastra terkenal sepanjang masa yang berlatang belakang tanah Minang adalah kisah Siti Nurbaya. Hingga pemerintah setempat menamai sebuah jembatan di Kota Padang ini dengan sebutan Jembatan Siti Nurbaya. Tidak ada yang tau pasti apakah kisah dalam novel Marah Rusli itu berdasarkan kisah nyata atau hanya fiksi semata, namun di dekat lokasi ini, di Gunung Padang, terdapat sebuah makam yang dipercaya sebagai makam Siti Nurbaya.
Dari segi konstruksi bangunan, tidak ada yang istimewa dari jembatan Siti Nurbaya yang dibangun untuk menghubungkan Gunung Padang dan Kota Padang ini. Biasanya jembatan ini akan ramai menjelang senja, karena orang-orang bisa menikmati keindahan matahari terbenam dari atas jembatan, memandangi lereng Gunung Padang yang penuh kerlip lampu dari pemukiman penduduk, atau permukaan air Sungai Batang Arau yang mengalir di bawah jembatan. Semakin malam, jembatan ini semakin ramai oleh anak muda yang menghabiskan waktu bersama teman-temannya, sekedar duduk santai atau menikmati kuliner jalanan yang dijajakan di sepanjang jembatan.

Jembatan Siti Nurbaya di malam hari

Pantai Padang - Taplau (Tapi Lauik)
Pantai Padang berada di pusat Kota Padang. Pantai ini memiliki garis pantai yang panjang dengan satu sisi berlatar pemandangan Gunung Padang.
Karena hari sudah malam, kedatangan saya ke Taplau (Tepi Laut) ini bukan untuk menikmati keindahan pantai, namun untuk berburu makanan, mengisi perut yang kosong... :D
Terdapat banyak warung tenda berjejer di tepi pantai, terutama pantai di depan Taman Budaya. Mulai dari minuman dingin, es kelapa muda, kacang rebus, rujak khas Padang, atau pisang bakar, semua ada di Taplau ini. Di sekitar pantai ini juga terdapat jejeran warung seafood, mulai dari yang lesehan sampai rumah makan seafood mewah. Salah satu yang terkenal adalah rumah makan seafood FUJA. Bukan Cuma rasanya yang mantab, harganyapun bersahabat. Itulah sebabnya Fuja selalu terlihat lebih ramai dari rumah makan seafood lainnya di sekitar lokasi. Jangan salah memilih restoran, tanyakan dulu kepada pelayan jika tidak tercantum harga pada daftar menu. Jangan sampai anda kaget dengan jumlah yang harus dibayar setelah makan selesai.

Monumen Gempa

Monumen Gempa
Dalam perjalanan kembali ke hotel, saya sempat diajak mampir ke taman kota yang bernama Taman Melati di Jalan Bundo Kanduang, dimana terdapat Monumen Gempa. Monumen ini dibangun sebagai pengingat akan tragedi gempa berkekuatan 7,9 skala richter yang telah meluluhlantakkan bumi Padang pada tanggal 30 September 2009 silam. Lebih dari seribu nyawa terenggut dalam tragedi tersebut. Pemerintah setempat berencana mengukir nama seluruh korban jiwa dalam prasasti di Monumen Gempa tersebut, dan saat ini sudah lebih dari 300  nama terukir di sana.


Hari yang melelahkan dan padat. Dimulai dengan penerbangan di pagi hari, kerja dan wisata. Membuat laporan, mengirim email dan menyusun perencanaan esok hari sebelum tidur nyenyak... zzzzz....zzzzz

Hari Dua:
Hari ini judulnya rally meeting. Jadwal padat dari pagi hingga sore. Hari yang sangat produktif.
Setelah malam tiba barulah saya bisa sedikit bersantai. Namun jangan berharap dapat menikmati keramaian atau hiburan apapun di Kota Padang ini setelah matahari terbenam. Tidak ada tempat seperti itu di sini, malam berarti sunyi, sepi.... Lalu kemana saya pergi? Kuliner..., mencicipi selera lokal ;)

Ayam Goreng “Pagi Sore”
Rumah makan ini sangat sederhana, menyajikan nasi padang pada umumnya. Namun satu hidangan yang paling favorit adalah ayam gorengnya. Ayam kampung berukuran kecil, dengan tektur daging yang empuk, rasa yang gurih, renyah dan legit. Satu takkan cukup..., kalian bisa menghabiskan sepiring ayam goreng sendiri. Gak percaya? Silakan coba dan buktikan sendiri... Rumah Makan Pagi Sore ini bisa kamu temukan di Jalan Pondok, No 143, Taman Area – Padang. Rumah makan yang dikelola oleh Hajjah Rostina ini merupakan usaha yang diwariskan turun temurun. Rasa ayam gorengnya bisa dikatakan cukup melegenda, walau tampilan rumah makannya sangat sederhana. Selain ayam goreng, cicipi juga rendang dagingnya yang gak kalah mantabz.

Ayam Goreng "Pagi Sore"

Es Durian “Ganti Nan Lamo”
Kalau kamu suka durian, jangan sampai lewatkan yang satu ini: Es Durian Ganti Nan Lamo. Rasanya bener-bener maknyuuuusss bangeett... Lembut, manis, legit, duuuh susah dilukiskan kata-kata. Durian Padang itu tobz banget lah rasanya... Silakan datang dan cicipin sendiri di Jalan HOS. Cokroaminoto No. 31B atau di Jalan Pulau Karam No. 103B. Buat kamu yang gak suka durian, jangan khawatir... ada pilihan aneka es lainnya yang gak kalah enaknya.
 
Es Durian



Kripik Sanjay “Sarinah”
Siapa yang gak tau kripik sanjay? Oleh-oleh paling dinanti siapapun yang pergi ke Padang. Ada banyak merk kripik sanjay namun yang paling popular dan banyak dicari adalah merk “Christine Hakim”. Tapi ternyata ada satu merk yang menurut saya rasanya gak kalah enak, lebih enak malah..., renyah, pedasnya pas di lidah, namanya “Sarinah”. Saya tidak membelinya di toko, tapi langsung ke rumah sang pembuatnya. Rumahnya agak terpencil dan sulit untuk menggambarkannya. Inilah untungnya punya “guide” orang lokal yang bisa membawa kita mengenal selera lokal lebih baik. Sayangnya saya lupa bertanya ke toko mana saja kripik Sarinah ini dipasarkan....

Hari ini ditutup dengan perut yang bahagia... :D

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar